Rabu, 27 Januari 2016

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “R“ G3P10011 UK 37-38 MINGGU HIDUP, GEMELLI, INTRAUTERIN, LETKEP/LETSU DENGAN KPP ≤ 12 JAM INPARTU KALA I FASE LATEN
DI RSUD dr. M. SOEWANDHIE SURABAYA









Oleh :
ADIRA PUTRI SEPTIAN NUGRAHENI
130803040



PRODI D III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEMKAB JOMBANG

TAHUN 2015 / 2016


BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Persalinan ialah serangkaian kejadian yang terakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir maka disebut persalinan spontan. Tetapi sebaliknya bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps, atau dilakukan operasi sectio caesarea maka disebut persalinan buatan.
Pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup di luar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalunan. Kadang-kadang persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah memecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin. Keadaan ini disebut persalinan anjuran.
Untuk itu upaya kita untuk menekan kematian maternal dan prenatal adalah dengan cara mendeteksi dini komplikasi melalui health education yang menganjurkan pada ibu hamil untuk ANC / pemeriksaan kehamilan secara rutin. Dan yang perlu diperhatikan pula untuk mengatasi kejadian kematian maternal sekaligus perinatal adalah tindakan yang tepat, cermat, dan cepat saat kita menghadapi persalinan dan menangani bayi baru lahir agar peristiwa yang tidak diinginkan yaitu kematian ibu dan bayi tidak terjadi.
Persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu Kala I, Kala II, Kala III dan Kala IV. Kala I adalah dimulai dari His persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap. Kala II adalah dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Kala III adalah dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta dan Kala IV adalah masa 1 jam pertama setelah plasenta lahir.

1.2   Tujuan
1.2.1  Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat dan mampu melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan penerapan manajemen kebidanan.
1.2.2  Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa mampu :
a.       Melakukan pengkajian data
b.      Mengintepretasi diagnosa, masalah, dan kebutuhan
c.       Mengidentifikasikan diagnosa, dan masalah potensial
d.      Mengidentifikasikan kebutuhan segera
e.       Mengembangkan rencana tindakan / intervensi
f.       Melaksanakan tindakan sesuai rencan / implementasi
g.      Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan

1.3   Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan asuhan kebidanan ini, yaitu :
1.3.1  Klien
Dengan melakukan asuhan kebidanan yang komprehensif dan bermutu tinggi para klien dapat melewati Kala II tanpa adanya penyulit.
1.3.2  Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada setiap klien dengan menggunakan 7 langkah Helen Varney dan mampu memberikan pelayanan yang komprehensif dan bermutu tinggi.
1.3.3  Lahan Praktek
Dengan adanya asuhan kebidanan ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan di tempat praktek sehingga dapat memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur penanganan atau pelayanan.
1.3.4  Institusi
Dengan adanya asuhan kebidanan ini semoga mahasiswa prodi DIII Kebidanan dapat menggunakannya sebagai gambaran untuk pembuatan asuhan kebidanan berikutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI


2.1   Konsep Dasar Persalinan
2.1.1  Pengertian Persalinan
§  Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Mochtar, 1998 : 91)
§  Persalinan adalah serangkaian kejadian yang terakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Sastra Winata, 221)
§  Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu (Pelatihan APN, 2010 : 37)
2.1.2  Macam-macam Persalinan
a.       Persalinan spontan
Adalah berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
b.      Persalinan buatan
Adalah jika persalinan dibantu dengan tenaga dari luar, misal ekstraksi dengan forceps, operasi seksio caesarea, vakum ekstraksi.
c.       Persalinan anjuran
Persalinan yang dimulai dengan melakukan tindakan misal : pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostagladin.

2.2         Konsep Dasar Kehamilan Ganda
2.2.1        Definisi
Kehamilan ganda (kembar) adalah bila proses fertilisasi menghasilkan janin lebih dari satu.
Jenis kehamilan ganda :
1.      Hamil ganda monozigotik (satu telur, identik) kejadiannya 1/3 dari jumlah seluruh kehamilan ganda.
2.      Hamil ganda dizigotik (dua telur fraternal) kejadiannya 2/3 dari seluruh kehamilan ganda.
2.2.1        Etiologi
*      Kehamilan ganda menurut rumus HELLIN adalah Gemelli 1 : 80 kehamilan.
§  Kehamilan triple (kembar 3)         :        1 : 802
§  Kehamilan kuadruplet (kembar 4)         :           1 : 802
*      Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehinga melewati batas toleransi dan sering kali sid partus prematurus. Usia kehamilam makin pendek dengan makin banyaknya janin pada kehamilan kembar. Kira-kira 25% kembar atau gamelli 50% bayi triplet dan 75% lama kehamilan rata-rata untuk kehamilan kembar / gemelli 260 hari, triplet 246 hari dan kuadraplet 235 hari.
*      Faktor penyebab antara lain :
1.      Genetik / keturunan
2.      Umur
3.      Paritas
4.      Suku Bangsa / Ras
5.      Obat-obat pemicu ovulasi
2.2.2        Komplikasi kehamilan ganda / masalah
Ibu
Anak
Anemia
Hipertensi
Partus prematurus
Atonia uteri
Perdarahan pasca persalinan
Hidromnion
Malpresentasi
Plasenta previa
Solusi plasenta
Ketuban pecah dini
Prolapsus funikulli
Pertumbuhan janin terhambat kelairan bawaan
Morbiditas dan mortalitas
Perinatal meningkat

2.2.3        Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan yang berhubugan dengan dugaan kehamilan ganda yaitu :
-          Anamnesis
-          Pemeriksaan klinis, gejala-gejala dan tanda-tanda
-          Pemeriksaan USG
-          Pemeriksaan radiology dan pemeriksaan lain bila diperlukan
Diagnosis kehamilan ganda
Cara
Gejala dan Tanda
1. Anamnesis
§  Riwayat adanya turunan kembar dalam keluarga.
§  Telah mendapat pengobatan infertilitas
§  Adanya uterus yang cepat membesar : fundus uteri > 4 cm dari amenorea
§  Gerakan arak yang terlalu ramai.
2. Pemeriksaan klinis
§  Besar uterus melebihi lamanya amenorea
§  Uterus cepat membesar pada pemeriksaan ulangan
§  Pemeriksaan BB bertambah dengan cepat tanpa adanya edema / obesitas
§  Teraba 2 balotemen
§  Teraba 3 bagian besar janin
§  Terdengar 2 deyut jantung janin dengan perbedaan 10 atau lebih.
3. Pemeriksaan
§  Kelihatan 2 bayangan janin dengan ½ kantong amnion diagnosis dengan USG sudah dapat ditegakkan pada kehamilan 10 minggu.
4. Pemeriksaan x-Ray
§  Pemeriksaan dengan nongen sudah jarang dilakukan untuk mendiagnosis kehamilan ganda karena penyinaran berbahaya.
5. Diagnosis pasti
Secara klinis :
§  Teraba 2 kepala, 2 bokong dan 1 atau 2 punggung.
§  Terdengar 2 deyut jantung janin ditempat yang berjahuan dengan perbedaan 10 deyut per menit / lebih.
§  USG / foto nontgen : bayangan kanin lebih dari 1.
§  Kehamilan tunggal dengan janin besar
§  Hidramnion
§  Mola hidatidosa
§  Kehamilan dengan tumor

Pada kehamilan
Penilaian klinik pada persalinan serupa dengan pada kehamilan ditambah dengan :
-          Penilaian his
-          Sudah inpartu belum : lama inpartu, fase persalinan.
-          Letak, presentasi dan turunnya janin
-          Selaput ketuban : pecah / belum
Diagnosa banding :
-          Kehamilan tunggal dengan janin besar
-          Hidramnion
-          Mola hidatidosa
-          Kehamilan dengan tumor (myoma uteri, cystoma uteri)
2.2.1        Penanganan
Selama kehamilan
Ø  Penilaian pertumbuhan janin dan penanganan bila ada masalah :
-          Kemajuan pertumbuhan janin (fetometri)
-          Deteksi kelainan kongenital
Ø  Penilaian retardasi pertumbuhan secara USG
Ø  Pemotongan paru janin : bila ada tanda-tanda partus prematurus yang mengancam dengan pemberian betametason 24 mg/hr.
Ø  Riwayat inap bila :
-          Ada kelainan obstetric
-          Ada his / pembukaan serviks
-          Adanya hipertensi
-          Pertumbuhan salah satu janin terganggu
-      Kondisi social yang tidak baik.
-      Profilaksis / mencegah partus prematurus dengan obat tokolitik
-      Pemasangan jerat.
Pada persalinan
Ø  Prinsip-prinsip penanganan
Sebaliknya persalinan ditangani oleh penolong persalinan yang terampil agar mampu mengenali dan menangani berbagai komplikasi antara lain :
-      Persalinan preterm
-      Disfungsi uterus
-      Prosentasi uterus
-      Prosentasi abnormal
-      Prolapsus tali pusat
-      Solusio plasenta
-      Perdarahan post partum
Ø  Tenaga penolong persalinan tersebut diatas harus selalu mendampingi dan menangani proses persalinan.
Ø  Siapkan instrument dan bahan untuk kondisi gawat darurat, termasuk persediaan darah yang sesuai.
Ø  Pasang infuse profilaksis
Ø  Siapkan tenaga terlatih dan berpengalaman untuk resuitasi atau mengatasi kondisi gawat darurat.
Ø  Tersedianya fasilitas dan sarana yang memadai untuk persalinan ganda
Ø  Persalinan sebaiknya dilaksanakan di RS.
Prinsip penanganan kehamilan ganda.
Bayi I
Ø  Cek presentasi
-   Bila vartek lakukan pertolongan sama dengan presentasi normal dan lakukan monitoring dengan partograf.
-   Bila presentasi bokong lakukan pertolongan sama dengan bayi tunggal presentasi bokong.
-   Bila letak lintang lakukan seksio sesarea.
Ø  Monitoring janin dengan auskultasi berkala DJJ.
Ø  Pada kala II berioksitosin 2,5 IU dalam 500 ml dexstrosa 5% atau ringer laktat 10 tetes / menit.
Jangan melepas klem tali pusat dan jangan melahirkan plasenta sampai bayi terakhir lahir.
Bayi II dan seterusnya.
Ø  Segera setelah kelahiran bayi I
-   Lakukan palpasi abdomen untuk menentukan adanya bayi selanjutnya.
-   Bila letak lintang lakukan versi luar.
-   Periksa DJJ
Ø  Lakukan pemeriksaan vaginal untuk : adanya prolaps funikuli, ketuban pecah, letak lintang, presentasi bayi.
Ø  Bila presentasi varteks
-   Bila kepala belum masuk, masukan pada PAP secara manual
-   Ketuban di pecah
-   Periksa DJJ
-   Bila tidak timbul kontraksi dalam 10 menit, tetesan oksitosin dipercepat sampai HIS adekuat.
-   Bila 30menit bayi belum lahir lakukan tindakan menurut persyaratan yang ada (vakum, forceps, seksio).
Ø  Bila presentasi bokong
-   Lakukan persalinan pervaginam bila pembukaan lengkap dan bayi tersebut tidak lebih besar dari bayi 1.
-   Bila tidak ada kontraksi sampai 10 menit tetesan oksitosin dipercepat sampai HIS adekuat.
-   Pecahkan ketuban
-   Periksa DJJ.
-   Bila gawat janin lakukan ekstraksi
-   Bila tidak mungkin melakukan persalinan pervaginam lakukan seksio sesarea.
Ø  Bila letak lintang
-   Bila ketuban intake, lakukan versi luar.
-   Bila versi luar gagal, dan pembukaan lengkap lakukan versi ekstraksi
-   Bila gagal lakukan seksio sesarea.
Ø  Pasca persalinan berikan oksitosin drip 20 IU dalam 1 liter cairan 60 tetes / menit atau berikan ergometrin 0,2 mg 1 M 1 menit sesudah kelahiran anak yang terakhir dan lakukan manajemen aktif kala III untuk mengurangi perdarahan persalinan.
TATA LAKSANA KEHAMILAN KEMBAR






2.3        Tinjauan Pustaka KETUBAN PECAH DINI (KPD)
2.3.1        Pengertian KPD
·         Ketuban Pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu 1 jam sebelum dimulainya tanda persalinan. (Manuaba, 1998 : 229)
·         Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan kurang dari 3 cm pada primi dan pada multi para kurang dari 5 cm.(Mochtar, 1998 : 229)
·         Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
(Panduan Praktis Yankes Maternal dan Neonatal, 2002 : 111-112).
·         Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda persalinan.(FKUI, 1999 : 310)

2.3.2        Etiologi KPD
Penyebab Ketuban Pecah  Dini antara lain :
1.      Servic Inkompeten
2.      Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan yang ganda hidramnion.
3.      Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang
4.      Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah janin belum masuk PAP, sefalopelvic disproporsi.
5.      Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
6.      Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
(Manuaba, 1998 : 229)
2.3.3        Mekanisme Terjadinya KPD
·         Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
·         Bila terjadi pembukaan servic maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
(Manuaba, 1998 : 229)
2.3.4        Patofisiologi
1.      Karloamnionitis, menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh.
2.      Inkompetensi servic yakni kanalis servikalis yang terlalu terbuka oleh karena kelainan pada servic uteri.
3.      Trauma yang menyebabkan tekanan intrauteri mendadak meningkat.
(Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kebidanan dan Penyakit kandungan, 1993 : 73).
2.3.5        Diagnosis
1.      Keluar air warna putih keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan, sedikit-sedikit atau banyak.
2.      Bila terjadi infeksi dapat disertai demam (suhu 38°C/lebih) air ketuban bau dan keruh, lekosit darah > 15.000 /m3.
3.      Pada pemeriksaan dalam, selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.
4.      Inspekulo : tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban sudah tidak ada dan air ketuban sudah kering.
5.      Janin mudah diraba.
(Kapita Selekta Kedokteran I, 2009 : 310). 
2.3.6        Pemeriksaan Penunjang
1.      Tes lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa) menunjukkan adanya air ketuban.
2.      Tes pakis yaitu meneteskan cairan ketuban pada obyek glass dan dibiarkan kering. Pada pemeriksaan mikroskopik yang akan menunjukkan kristal cairan amnion dan menunjukkan gambar pakis.
3.      USG : menentukan usia kehamilan dan indeks cairan amnion yang berkurang.
4.      Amniosentesis.
(Kapita Selekta Kedokteran I, 2000 : 313).
2.3.7        Komplikasi
a.       Terhadap janin : asfiksia, gawat janin, IUFD, prematuritas.
b.      Terhadap ibu :
-          Infeksi intrapartum (bila sering diperiksa dalam)
-          Infeksi nifas peritonitis dan septikemia
-          Partus lama
-          Suhu badan baik cepat yaitu infeksi.
-          Atonia uteri
-          Perdarahan post partum
(Mochtar, 1998: 258)
2.3.8        Penanganan
A.    Konservatif
1.      Rawat di rumah sakit
2.      Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg eritromisin bila tidak tahan ampsilin) dan Metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3.      Jika UK < 32 – 37 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4.      Jika UK 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi tes busa negatif : beri Dexametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5.      Jika UK 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi berikan tokolitik (salbutamol), dexametason dan induksi setelah 24 jam.
6.      Jika UK 32-37 minggu, sudah inpartu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi sesudah 24 jam.
7.      Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterine).
8.      Pada UK 32 -34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin,dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis Betamethason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2  hari,
Dexamethason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
B.     Aktif
1.      Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan Misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2.      Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan diakhiri :
a.       Bila skor pelvic < 5, lakukan Pematangan servic, kemudian induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan SC.
b.      Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
C.     Antibiotik Setelah Persalinan
1.      Profilaktis : stop antibiotika
2.      Infeksi : lanjutan untuk 24-48 jam setelah bebas panas
3.      Tidak ada infeksi : tidak perlu antibiotika. (Sarwono, 2002 : 219 – 220). 

 2.4         Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
I.     Pengkajian
Langkah awal untuk mendapatkan data tentang keadaan ibu melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, penunjang dan data-data tersebut diklasifikasikan sebagai data subyektif dan data obyektif.
A.    Data Subyektif
Diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada klien, keluarga dan tim kesehatan lain mencakup semua kelihatan dari klien terhadap masalah kesehatan yang dialami, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.      Biodata
Berisi tentang identitas klien beserta suaminya yang meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, status perkawinan, yaitu kawin ke, umur kawin, lama kawin.
2.      Keluhan utama
Ditanyakan apa yang dirasakan saat ini.
3.      Riwayat kesehatan sekarang
Menceritakan secara kronologis mengenai keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian (keluhan utama) ditanyakan keadaannya saat ini.
4.      Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah klien mempunyai penyakit menurun, menahun, menular selain itu apakah klien pernah operasi atau MRS.
5.      Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dari keluarga dan suami ada yang menderita penyakit menahun, menurun dan menular yang dapat mempengaruhi persalinannya.
6.      Riwayat obstetri
a.     Riwayat haid
Terdiri dari menarche umur berapa, siklus haid, lama haid, jumlah, bagiamana warnanya, konsistensinya, baunya, ada keluhan atau tidak.
b.     Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kawin ke
Kehamilan
Persalinan
Nifas
Ke
UK
Jns
Penl
Tmpt
JP
BBL
TBL
Umur
L/P
ASI
Peny














c.       Riwayat kehamilan sekarang
HPHT, HPL, keluhan selama hamil, ANC dimana dan oleh siapa, berapa kali mendapatkan imunisasi, obat yang pernah didapat, TT berapa kali dan penyuluhan yang pernah didapat.
7.      Riwayat KB
Ditanyakan metode KB, kapan, berapa lama, rencana KB yang akan digunakan mendatang.
8.      Pola kebiasaan sehari-hari
a.       Pola nutrisi
Yang ditanyakan bagaimana nafsu makannya, berapa kali makan dalam 1 hari, jumlah minum, ditanyakan pola makan selama hamil dan saat pengkajian.
b.      Pola aktifitas
Yang ditanyakan apakah kegiatan sehari-hari selama hamil dan saat pengkajian.
c.       Pola istirahat
Yang ditanyakan pola tidurnya, berapa lama, dan jam berapa, ada gangguan atau tidak.
d.      Pola eliminasi
Yang ditanyakan BAB dan BAK, selama hamil dan saat pengkajian ada keluhan atau tidak, lancar atau tidak, frekuensi.
e.       Pola personal hygiene
Yang ditanyakan mandi, gosok gigi, ganti baju dan celana dalam, keramas berapa kali dalam sehari dan potong kuku kapan pada saat hamil dan saat pengkajian.
f.       Pola seksualitas
Yang ditanyakan frekuensi, ada keluhan atau tidak selama hamil dan saat pengkajian.
B.     Data Obyektif
Adalah data yang diperoleh malalui pemeriksaan fisik yang terdiri inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pemeriksaan yang terdiri dari :
1.        Keadaan umum
Bagaimana tingkat kesadarannya, postur tubuh, cara berjalan, tinggi badan, berat badan, sebelum dan sesudah hamil, berapa kenaikannya, LILA.
2.      Tanda-tanda vital
Tensi        : 100/70 - < 140/90 mmHg
Suhu        : 36,5 – 37,5oC
Nadi        : 76 – 92x/menit
RR           : 16 – 24x/menit
3.      Pemeriksaan fisik
a.       Inspeksi
Muka                         :  Ada chloasma gravidarum, tidak pucat
Mata                          :  Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung                      :  Simetris, polip -.
Telinga                      :  Simetris, tidak ada serumen
Mulut dan gigi          :  Bibir lembab, lidah bersih, gigi tidak berlubang
Payudara                   :  Hiperpigmentasi areola mammae, putting susu menonjol
Abdomen                  :  Membesar sesuai umur kehamilan, tidak ada luka bekas SC, adanya linea nigra, adanya strie gravidarum
Genetalia                   :  Bersih, ada cairan ketuban yang keluar, ada lendir bercampur darah.
Anus                         :  Tidak hemoroid
Ekstremitas atas        :  Simetris, tidak oedem, jumlah jari lengkap.
Ekstremitas bawah    :  Simetris, tidak oedem, tidak varises, jumlah jari lengkap atau tidak.
b.      Palpasi
Leher                         :  Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis
Dada                         :  Tidak ada benjolan abnormal, ada pengeluaran colostrum.
Abdomen
Leopold I        :  TFU, bagian yang ada di fundus, perkiraan usia kehamilan dan berat badan janin.
Leopold II      :  Menentukan bagian samping pada letak membujur, tentukan punggung janin dan bagian-bagian terkecil pada letak lintang tentukan dimana letak kepala.
Leopold III     :  Menentukan bagian terendah janin sudah masuk PAP atau belum.
Leopold IV     :  Menentukan seberapa besar bagian janin yang masuk ke PAP.
                           TBJ : TFU – 11 x 155
Eks. Atas & bawah   :  Oedem atau tidak.
c.       Auskultasi
Abdomen                  :  Terdengar 2 DJJ dengan perbedaan 10 / lebih Perkusi

Pemeriksaan dalam
Dilakukan dengan VT untuk menentukan pembukaan serviks 4 (Æ 10 cm), penipisan serviks, ketuban pecah, turunnya bagian terbawah janin, menentukan presentasi janin, denominator, keadaan jalan lahir.

Pemeriksaan penunjang
Merupakan data untuk menunjang diagnosa berupa pemeriksaan laboratorium, selain itu untuk mengetahui psikis ibu juga untuk mengetahui tanda awal dari adanya kelainan, pemeriksaan lainnya yang dilakukan adalah pemeriksaan USG

II.           Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Langkah kedua merupakan pengembangan mengenai masalah dari interprestasi dasar ke dalam indentifikasi yang spesifik mengenai masalah atau diagnosa. Akan tetapi membutuhkan suatu rencana yang komprehensif untuk klien. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa yang dialami oleh klien. Diagnosa yang telah ditetapkan dengan berfokus pada yang dikemukakan oleh klien secara individu. Diagnosa adalah hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan.
Diagnosa         : G ... P ..., umur kehamilan, anak gemelli, anak hidup, intra uterin, letak anak kepala dan letak bokong, keadaan jalan lahir normal, K/U ibu, K/U janin dengan inpartu kala I fase aktif.
DS            :  Adanya komunikasi verbal yang baik antara klien, keluarga dengan tenaga kesehatan yang menyatakan bahwa ini kehamilan ke ... dengan keluhan perutnya kenceng-kenceng, keluar lendir bercampur darah.
DO            :  Semua hasil pemeriksaan yang menunjang diagnosa/
-          KU : baik
-          TTV
Tensi     : 110/70 – 130/90 mmHg
Nadi      : 76 – 100x/menit
RR        : 16 – 24x/menit
Suhu     : 36,5 – 37,5oC
-          Riwayat kehamilan sekarang, HPHT, HPL, UK
-          Pemeriksaan fisik yang mendukung data subyektif
-          Palpasi abdomen
Leopold I      :  Untuk menentukan TFU dan bagian apa yang berada di fundus.
Leopold II     :  Menentukan bagian samping kanan atau kiri perut ibu, menentukan letak bujur, kepala pada lintang.
Leopold III   :  Menentukan abgian terbawah janin, apakah bagian terendah sudah masuk PAP atau belum.
Leopold IV   :  Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin telah masuk PAP.

III.        Antisipasi Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial lainnya berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang ada merupakan antisipasi, pencegahan bila mungkin, masalah potensial. Adalah masalah tentang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien karena itu masalah potensial harus segera diantisipasi, dicegah, diawasi dan segera dipersiapkan tindakan untuk mengatasinya.
IV.        Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan langkah yang membutuhkan sifat berkesinambungan dari proses penatalaksanaan asuhan primer periodiotik dan saat bidan berada bersama data-data senantiasa dikumpulkan yang dievaluasi berupa data memberi indikasi adanya situasi gawat dimana bidan harus bertindak untuk segera demi keselamatan klien.

V.           Intervensi
Suatu rencana yang menyeluruh meliputi apa saja yang diidentifikasi oleh kondisi klien, setiap masalah yang berkaitan gambaran besar tentang apa yang terjadi berikutnya, konseling dan rujukan. Rencana asuhan haruslah berdasar rasional yang tepat sesuai pengetahuan yang berhubungan dan terkini.
Diagnosa           :G ... P ..., umur kehamilan, anak gemelli, anak hidup, intra uterin, letak anak kepala dan letak bokong, keadaan jalan lahir normal, K/U ibu, K/U janin dengan inpartu kala I fase aktif.
Tujuan             :  Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 12 jam diharapkan dapat melewati proses persalinan dengan normal tanpa komplikasi.
Kala I   :  Fase laten      : 6 – 7 jam
                Fase aktif      : 6 jam
Kriteria hasil   :  -     K/U ibu baik
-          TTV dalam batas normal
Tensi    : 110/70 – 130/90 mmHg
Nadi     : 76 – 100x/menit
Suhu     : 16 – 24x/menit
RR       : 36,5 – 37,5oC
-          Pembukaan lengkap (10 cm), eff 100%, penurunan kepala hodge IV
-          His sifatnya teratur 3x/10 menit, lamanya 45 – 75 detik
-          Proses persalinan dapat berlangsung sesuai dengan prosedur 58 langkah.
Intervensi
1.      Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kemajuan persalinan.
Rasional :  Dengan menjelaskan kemajuan persalinan kepada ibu dan keluarga maka ibu akan lebih kooperatif dalam pemberian asuhan.
2.      Observasi TTV (tensi setiap 4 jam, nadi setiap 30 menit, suhu setiap 2 jam).
Rasional :  Dengan melakukan observasi TTV merupakan parameter awal untuk mendeteksi adanya komplikasi.
3.      Berikan nutrisi yang cukup untuk pasien.
Rasional :  Dengan pemberian nutrisi yang cukup sebagai persiapan dalam menghadapi persalinan untuk menambah tenaga.
4.      Kie pasien untuk bed rest
Rasional :  Dengan bed rest bisa mencegah cairan ketuban yang kluar.
5.      Kolaborasi dengan dr. SPOG
Rasional :  Fungsi Independen bidan

VI.             Implementasi
Implementasi yang komprehensif merupakan perwujudan dan rencana yang telah disusun dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dapat terealisasi dengan baik apabila ditetapkan berdasarkan hakekat masalah. Jenis tindakan apabila atau pelaksanaan bila dikerjakan oleh bidan sendiri, klien, kolaborasi sesama tim, keseluruhan lain dan rujukan dan proses lain.

VII.          Evaluasi
Evaluasi adalah seperangkat tindakan yang sering berhubungan untuk mengukur pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan kriteria guna mengevaluasi ini untuk menilai kemampuan dalam membuat asuhan kebidanan sebagai umpan balik untuk memperbaiki dalam evaluasi menggunakan format SOAP :
S   :  Data yang diperoleh dari wawancara langsung.
O  :  Data yang diperoleh dari hasil observasi dan pemeriksaan.
A  :  Pernyataan yang terjadi atas data subyektif dan obytektif.
P   :  Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah yang terjadi.




BAB IV
PEMBAHASAN


Pembahasan merupakan analisa dari penulisan mengenai kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek di lapangan. Pada kasus Ny. “R” GIII P10011 UK 37-38 minggu, Gemelli, Hidup dengan KPD ≤12 jam, .tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Pada kasus ini dibutuhkan adanya intervensi yang benar dan didukung implementasi yang optimal. Agar persalinan berjalan lancar serta kondisi ibu dan bayi juga baik.
Dengan demikian penulis memberikan asuhan kebidanan dengan memperhatikan gejala dan keluhan yang terjadi, sehingga diharapkan tidak menimbulkan masalah lain yang bisa merugikan kesehatan pasien







BAB V
PENUTUP


Kesimpulan
Dari data subjektif yang dikemukakan Ny. R umur 39 Tahun. Ibu mengeluh kenceng-kenceng sejak jam 15.00 WIB, ibu mengatakan keluar air jam 16.00 WIB. Ibu juga mengatakan pada saat dilakukan USG oleh dokter kehamilannya pada tanggal 18-8-2015 hamil kembar, dan ini merupakan kehamilan yang ketiga pada persalinanan sebelumnya ibu mengatakan kehamilannya di curetage pada usia 3 bulan.
Pada hasil pemeriksaan USG ditemukan bahwa kehamilannya gemelli, TD. 120/80 mmHg, suhu 36,6 °C, nadi 80 x/mnt, RR 20 x/mnt, ada rembesan air ketuban, letak kepala dan letak sungsang, sehingga dokter obgyn melakukan tindakan operasi sectio caesarea cyto dengan indikasi gemelli dan KPD.
Saran
  1. Ibu hamil yang akan bersalin hendaknya segera minta bantuan ke tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko bahaya mortalitas dan morbiditas maternal dan neonatal.
  2. Bagi petugas kesehatan hendaknya dalam melayani yang hendak bersalin untuk lebih sabar, ramah dan meningkatkan kesejahteraan, keamanan serta kenyamanan klien yang akan bersalin.
  3. Bagi mahasiswa agar dapat memahami tentang penyebab, tanda dan gejala, penatalaksanaan persalinan dengan penyakit dalam kehamilan, sehingga meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu bersalin dan dapat menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi.









DAFTAR PUSTAKA


¤  Saifuddin, Abdul Basri. 2010. Buku Pedoman Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal.Jakarta : YBP – SP
¤  Prawirohardjo, Sarwono. 2012 Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
¤  Prawirohardjo, Sarwono.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
¤  Mochtar, Rustam, 1998. Synopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
¤  Manuaba, Prof.dr. Ida Bagua Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.
¤  Sastrawinata, prof. Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : FK UNPAD

1 komentar:

  1. The Star Gold Coast | DrmCD
    The Star Gold 하남 출장안마 Coast is 수원 출장샵 Australia's premier integrated casino and entertainment destination. With world-class gaming, world-class 경주 출장안마 entertainment, Location: 충청남도 출장마사지 Broadbeach 천안 출장마사지 Island Rating: 4.1 · ‎764 votes

    BalasHapus